Senin, 19 Januari 2009

Pupuk Sulit, Harga Selangit

Sejak September lalu, pupuk kimia bersubsidi sulit didapatkan, terutama di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Utara. Bahkan, di Jawa Timur, kelangkaan pupuk kali ini adalah yang terparah dalam lima tahun terakhir. Menurut Wakil Sekjen Himpunan Kerukunan Tani, Jum Perkasa, kelangkaan dipicu oleh tidak sebandingnya pemintaan dengan jumlah alokasi pupuk bersubsidi. Tahun 2008 ini pemerintah mengalokasikan pupuk bersubsidi sebesar 4,5 ton, sementara kebutuhan pupuk petani mencapai 6 juta ton.

Data dari Subdin Penyusunan Program Dinas Petanian Jatim menunjukkan bahwa memang terdapat selisih antara kebutuhan pupuk petani dengan alokasi pemerintah. Jenis pupuk urea, dari total kebutuhan 1.363.184 ton. jumlah yang dialokasikan hanya 1.090.000 ton. Dengan demikian, kekurangan pupuk jenis urea saja di wilayah Jawa Timur mencapai 273.184 ton.

Berkaitan dengan kelangkaan pupuk bersubsidi, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mengajukan tambahan alokasi pada akhir tahun ini kepada Pemerintah Pusat. Harapannya permintaan tambahan alokasi tersebut disetujui, sehingga keberlangsungan masa tanam tidak terganggu.

Meski pupuk kimia saat ini langka di pasaran, permintaan pupuk organik ternyata tidak mengalami pengingkatan secara signifikan. Musyafa’, seorang penyalur resmi pupuk bersubsidi di Desa Plosorejo, Banjarejo, Blora mengungkapkan bahwa pupuk organik tidak diminati karena berdampak pada penurunan produksi.

Pernyataan Musyafa’ ini dibenarkan oleh Kindarto, salah seorang petani Desa Ngawen, Sukolilo, Pati, yang sejak beberapa waktu lalu mulai beralih ke pertanian organik. ’’Awalnya memang produksi bisa turun sampai 25%. Tapi setelah tiga kali masa tanam sudah kembali,’’ jelasnya. Menurutnya, pengenalan kembali pupuk organik di Desa Ngawen tidak mengalami masalah berarti. Sebab masyarakat setempat sangat menjunjung tinggi kelestarian lingkungan.

Menanggapi terjadinya kelangkaan pupuk ini, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla mengungkapkan bahwa pemerintah sudah mengeluarkan cadangan pupuk sebanyak 300 ribu ton. Dengan demikian kelangkaan pupuk dapat diatasi dan tidak menganggu target pemerintah di sektor pertanian.

Namun, kenyataan di lapangan berbicara sebaliknya. Pupuk masih tetap sulit dijumpai. Kalaupun ada, petani harus rela membayar jauh lebih tinggi dari harga resmi. Kondisi ini semakin mengukuhkan ketidakkonsistenan pemerintah dengan programnya. Salah satunya program Revolusi Hijau yang mulai dicanangkan mejelang tahun 1980-an, yang menggeser pola pertanian tradisional ke pertanian modern. Termasuk di antaranya mengganti pupuk organik dengan pupuk kimia.[am]--FOTO: Padi kekurangan pupuk

0 komentar:

 
© free template by Blogspot tutorial